Ramalañ jaya baya tentang tenggelamnya nusantara pulau jawa hingga perang dunia ketiga


Ramalañ jaya baya tentang tenggelamnya nusantara pulau jawa hingga perang dunia ketiga . Ramalan ini sudah terjadi lama di beberapa tahun kebelakang yang sangat jauh
"Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya "Ratu Adil", apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap "Kapan, kapankah Matahari terbit?". Soekarno, 1930, dalam Indonesia Menggugat.

Ucapan Soekarno, presiden pertama Indonesia, tersebut diinspirasi dengan ramalan Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa atau yang populer disebut Jayabhaya (1135-1157).

Ratu Adil adalah salah satu ramalan Jayabhaya mengenai masa depan Nusantara. Baik yang  terdapat di naskah Serat Jayabaya Musarar, Serat Pranitiwakya, dan lain sebagainya.

Selain meramal kedatangan Ratu Adil, beberapa ramalan Jayabhaya lainnya juga dipercaya sebagian besar masyarakat Jawa. Sebab, beberapa ramalannya terbukti di masa saat ini. Terutama masa saat Nusantara diliputi bencana yang silih berganti.

MalangTIMES mencoba mengangkat beberapa ramalan Jayabhaya yang saat ini bisa kita lihat kedekatannya dengan berbagai peristiwa bencana saat ini. "Gunung njeblug tan anjarwani" begitulah ramalan Jayabhaya beratus tahun lalu.

Jayabhaya meramal Nusantara akan diguncang gempa dan gunung meletus terus-menerus. Kita melihat beberapa gunung memang meletus dan gempa terus-menerus membuat Nusantara berguncang dengan kesedihan.

Bagi sebagian kalangan saat ini, ramalan Jayabhaya tersebut mungkin bukan sesuatu yang aneh. Dengan wilayah Indonesia yang  berada pada pertemuan tiga lempeng serta banyaknya gunung berapi mengelilingi Nusantara, maka menjadi jamak Indonesia akan kerap dihantam gempa dan gunung meletus.

Tapi, ratusan tahun lalu tentunya belum ada alat seperti saat ini yang meneropong fenomena alam Indonesia. Dan Jayabhaya telah mampu melihat peristiwa-peristiwa alam tersebut di masanya.

Ramalan lainnya adalah mengenai akan tenggelamnya Pulau Jawa lewat kalimat yang ditulisnya: "banjir bandang ana ngendi-endi". Yang memiliki arti bahwa nantinya banyak banjir bandang menimpa Pulau Jawa.

Ramalan tersebut sudah terlihat dengan berbagai bencana banjir di berbagai daerah di Pulau Jawa. Saatnya nanti Pulau Jawa akan berubah menjadi perairan.

Banyaknya masyarakat modern saat ini yang kerap geleng kepala dengan fenomena musim hujan yang tidak lagi sesuai dengan siklusnya diramalkan lewat "musim udan ora bakal kelakon ing wektu" atau bisa diartikan sebagai musim hujan terjadi tidak akan pada waktunya. Itu bagian dari ramalan Jayabhaya yang merupakan murid seorang ulama bernama Maolana Ngali Samsujen, seperti yang dituliskan dalam kisah  Serat Jayabaya Musarar.

Dari ulama tersebut, Jayabhaya mendapat gambaran tentang keadaan Pulau Jawa sejak zaman diisi oleh Aji Saka sampai datangnya hari kiamat.

Perang Dunia Ketiga pun ternyata diramalkan oleh Jayabhaya ratusan tahun lalu. Yakni akan ada masa saat "ratu karo ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi. Bila diartikan, para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai. Serta akan terjadi  adanya raja yang berpihak pada suatu golongan yang disukai dan memerangi pihak atau negara lain yang tidak disukainya.

Ramalan akan pecahnya Perang Dunia Ketiga sudah terlihat dengan berbagai ketegangan di belahan dunia. Satu negara dengan negara lain bersekutu untuk menjatuhkan negara yang dianggapnya musuh. Percobaan nuklir terus terjadi dan membuat ketegangan bagi warga dunia. 

Dilansir dari wikipedia, ramalan Jayabhaya tentang perang dunia ketiga terlihat dari perkiraan tentang pihak yang akan berperang. Pertama, Amerika Serikat dan NATO, Liga Arab, Persemakmuran Inggris dan pendukungnya berdamai dengan ISIS, Al-Qaeda, Kurdi, sampai 80 bendera berperang melawan Rusia, Suriah, Iran, Syiah Lebanon dan Yaman dengan dukungan China dan Korea Utara dan Jepang.

Kedua, Amerika Serikat, NATO, Liga Arab, Persemakmuran Inggris, Rusia, Iran, Suriah, Lebanon, dan pihak lainnya sampai 80 bendera melawan ISIS, Boko Haram, Al-Sabab, Hamas dan Fatah, serra organisasi militan lainnya setelah bersatu di Syam. Terakhir, Amerika Serikat dan NATO, Liga Arab, Persemakmuran Inggris dan pendukungnya sampai 80 bendera berperang melawan Rusia, Suriah, Iran, Syiah Lebanon dan Yaman dengan dukungan China dan Korea Utara dan Jepang, ISIS, Al-Qaeda setelah berdamai.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel